
Semangat Gotong Royong Membangun Balai Pendidikan dan Perjuangan Agraria
Di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, semangat kebersamaan dan tekad untuk menjaga tanah leluhur terus berdenyut. Pada Senin, 29 September 2025, Komunitas Masyarakat Adat Suku Tukan (KMA) menggelar aksi gotong royong yang bertujuan membersihkan lahan di Dusun C. Kegiatan ini menjadi awal dari tahap pembersihan lokasi yang akan digunakan sebagai pembangunan Balai Pendidikan Akademy Reforma Agraria Sejati (ARAS). Lokasi tersebut berada di RT 15 RW 003 dan akan menjadi tempat berdirinya ARAS.
Balai ini dirancang dengan fungsi ganda, yaitu sebagai balai pendidikan dan sekretariat kepemudaan, serta sebagai balai pertemuan adat yang memegang teguh nilai-nilai lokal. Kehadiran ARAS diharapkan menjadi pusat penguatan kapasitas bagi pemuda adat. Selain itu, balai ini juga diharapkan menjadi wadah perjuangan untuk mewujudkan reforma agraria sejati di tingkat lokal.
Aksi bersih-bersih lahan ini menjadi representasi nyata dari keterlibatan kolektif masyarakat. Meskipun kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, yang biasanya menjadi hari ekonomis bagi kaum ibu untuk ke pasar, pagi itu banyak masyarakat hadir di lokasi. Mulai dari tokoh adat, perempuan hingga kaum muda yang menjadi motor penggerak utama, mereka bahu-membahu membawa alat seperti cangkul, sekop, parang, dan perlengkapan lainnya.
Ibu-ibu juga turut ambil bagian dalam kegiatan ini, memastikan semua berjalan lancar dengan menyiapkan logistik dan membantu proses pembersihan. Mengingat kondisi lahan yang agak miring, Ketua KMA Suku Tukan dan warga berencana melakukan perataan tanah secara bertahap. Tanah pada posisi yang lebih tinggi akan dicangkul dan ditarik ke arah yang lebih rendah agar permukaan balai kelak lebih rata.
Rencananya, tahap selanjutnya setelah perataan tanah adalah pengerjaan talud atau pondasi pada kegiatan gotong royong berikutnya. Marselinus Bala Tukan Wawin, Ketua Komunitas Masyarakat Adat Suku Tukan, menegaskan bahwa inisiatif ini bukan hanya tentang membangun fisik.
"Kita ingin menghadirkan ruang bersama yang bisa menjadi tempat belajar, bermusyawarah, sekaligus mengorganisir generasi muda untuk melanjutkan perjuangan," ujar Marselinus. Ia menekankan bahwa pembangunan ARAS adalah kelanjutan dari jejak perjuangan leluhur dalam mempertahankan tanah adat mereka.
Marselinus juga menyampaikan bahwa keterlibatan semua elemen dari orang tua, perempuan hingga pemuda dalam kegiatan ini adalah simbol kuat bahwa perjuangan menjaga tanah leluhur adalah tanggung jawab yang diemban bersama. Gotong royong ini, yang mereka sebut dengan semangat gemohing, bukan hanya sekadar membersihkan ilalang. Aksi ini menjadi simbol kebersamaan yang mengakar, di mana masyarakat adat bergandengan tangan mewujudkan cita-cita besar: menghadirkan ruang pendidikan dan perjuangan agraria yang berakar pada nilai adat serta sejarah perlawanan tanah leluhur.


Komentar
Tuliskan Komentar Anda!