
Struktur Ketenagakerjaan di Sektor Energi dan Migas Indonesia
Sektor energi dan minyak serta gas bumi (migas) di Indonesia menunjukkan struktur ketenagakerjaan yang berbeda dibandingkan sektor lainnya. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2025, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) RI, Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan bahwa sektor-sektor ini didominasi oleh pekerja formal dan memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Dominasi Pekerja Formal di Sektor Strategis
Amalia menjelaskan bahwa di sektor migas, sebanyak 90,73% dari total pekerja adalah pekerja formal, sementara hanya 9,27% yang bekerja secara informal. Di sektor energi, angka tersebut sedikit lebih rendah dengan 85,20% pekerja formal dan 14,80% pekerja informal. Sementara itu, sektor lainnya masih didominasi oleh pekerja informal hingga 59,53%, dengan hanya 40,47% yang bekerja di sektor formal.
Pemahaman tentang dominasi pekerja formal di sektor strategis ini penting karena menunjukkan kebutuhan akan tenaga kerja yang lebih terampil dan memiliki kualifikasi pendidikan yang memadai. Hal ini menjadi dasar dalam penyusunan kebijakan ketenagakerjaan dan pendidikan vokasi.
Tingkat Pendidikan Pekerja di Sektor Energi dan Migas
Dalam penjelasannya, Amalia menyoroti bahwa pekerja di sektor migas dan energi umumnya memiliki latar belakang pendidikan menengah kejuruan dan perguruan tinggi. Di sektor migas, sebanyak 43,13% pekerja adalah lulusan SMA, 18,25% lulusan SMK, dan 25,75% lulusan perguruan tinggi. Sementara di sektor energi, 32,02% pekerja lulusan SMK, 26,35% lulusan perguruan tinggi, dan 31,72% lulusan SMA.
Di sektor lain, dominasi lulusan SMA mencapai 35,98%, disusul oleh pendidikan dasar. Perbedaan ini menegaskan bahwa sektor energi dan migas memerlukan tenaga kerja dengan keterampilan dan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan sektor lain.
Pentingnya Peningkatan Kompetensi dan Kualitas SDM
Amalia menekankan bahwa hasil survei ini menjadi dasar dalam menyusun kebijakan ketenagakerjaan, pendidikan vokasi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kompetensi, khususnya dalam pendidikan vokasi dan teknis, menjadi krusial dalam mendukung transformasi energi dan pengembangan sektor migas yang berkelanjutan.
BPS mengharapkan temuan ini dapat menjadi acuan bagi para pemangku kebijakan, dunia usaha, dan lembaga pendidikan dalam memperkuat sinergi antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Dengan demikian, kebutuhan industri masa depan dapat sejalan dengan ketersediaan tenaga kerja yang kompeten.
Pelaksanaan Sakernas sebagai Sumber Data Ketenagakerjaan
Sakernas menjadi sumber utama statistik ketenagakerjaan di Indonesia yang telah disusun dan dilaksanakan sesuai standar internasional yang ditetapkan oleh International Labour Organization (ILO). Survei ini telah dilaksanakan secara sistematis oleh BPS sejak tahun 1986 dan menjadi instrumen utama dalam memantau dinamika pasar tenaga kerja nasional.
Sakernas dirancang dan diimplementasikan berdasarkan standar ILO, sehingga menjamin kualitas, akurasi, dan relevansi data yang dikumpulkan. Survei ini dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Survei Februari mencakup 76.800 rumah tangga, sementara survei Agustus menjangkau hingga 302.860 rumah tangga di seluruh Indonesia. Hal ini dilakukan untuk memastikan keterwakilan dan kelengkapan data yang diperoleh.


Komentar
Tuliskan Komentar Anda!