Jawaban PPG: Merancang Penilaian yang Sesuai Tujuan dan Kondisi Siswa

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Jawaban PPG: Merancang Penilaian yang Sesuai Tujuan dan Kondisi Siswa

Contoh Studi Kasus Penilaian dalam PPG 2025

Dalam rangka mempersiapkan peserta PPG (Pendidikan Profesi Guru) tahun 2025, khususnya untuk Uji Kompetensi Peserta PPG (UKPPPG), guru peserta diharapkan mampu merancang studi kasus yang sesuai dengan kondisi siswa dan tujuan pembelajaran. Studi kasus ini harus memiliki panjang minimal 350 kata dan maksimal 600 kata, serta menjawab empat pertanyaan utama: deskripsi bentuk penilaian, perancangan penilaian, respons siswa, dan pengalaman berharga.

Berikut adalah contoh studi kasus penilaian yang bisa menjadi referensi bagi guru SD, SMP, dan SMA yang mengikuti UKPPPG tahap 2:

A. Deskripsi Bentuk Penilaian yang Sesuai dengan Kondisi Siswa dan Tujuan Pembelajaran

Sebagai seorang guru kelas 2 SD, saya menggunakan penilaian tertulis melalui lembar kerja untuk materi "Menuliskan Kalimat Sederhana dari Gambar". Penilaian ini disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, yaitu agar siswa mampu menyusun kalimat sederhana secara runtut dan bermakna. Selain itu, saya juga menambahkan penilaian lisan sebagai pelengkap, terutama bagi siswa yang kesulitan menulis. Dengan demikian, siswa tetap dapat menunjukkan pemahaman mereka melalui penyampaian verbal.

Penilaian dilakukan secara individual dan dikaitkan dengan konteks yang akrab bagi siswa, seperti kegiatan di rumah atau sekolah. Hal ini membantu siswa lebih mudah memahami materi dan menghubungkannya dengan pengalaman nyata.

B. Merancang Penilaian yang Sesuai dengan Tujuan Pembelajaran dan Kondisi Siswa

Dalam merancang penilaian, saya terlebih dahulu menurunkan indikator dari tujuan pembelajaran, yaitu siswa mampu menyusun kalimat sederhana berdasarkan gambar. Karena siswa kelas 2 masih berada dalam tahap awal perkembangan literasi, saya memilih gambar yang jelas dan familier sebagai stimulus untuk menghindari kebingungan.

Penilaian disusun dengan tingkat kesulitan bertahap, dimulai dari menyebutkan benda dalam gambar, menuliskan kata, hingga menyusun kalimat. Saya juga mempertimbangkan keterbatasan beberapa siswa dalam menulis, sehingga menyediakan alternatif penilaian melalui diskusi atau wawancara lisan. Rubrik penilaian saya buat secara sederhana, meliputi aspek keterbacaan tulisan, struktur kalimat, dan kesesuaian isi dengan gambar.

C. Respons Peserta Didik Terhadap Bentuk Penilaian yang Dilakukan

Respons peserta didik terhadap penilaian cukup beragam. Siswa yang memiliki kemampuan menulis yang baik terlihat antusias dan dapat menyelesaikan tugas dengan mandiri. Namun, beberapa siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan kalimat meskipun sudah memahami gambar. Mereka tampak ragu-ragu dan sering bertanya mengenai ejaan atau urutan kata.

Saat diberikan kesempatan menjelaskan secara lisan, mereka justru mampu menjawab dengan percaya diri. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pemahaman siswa cukup baik, keterampilan menulis mereka masih terbatas dan dapat memengaruhi hasil penilaian jika tidak diakomodasi dengan pendekatan yang sesuai.

D. Pengalaman Berharga yang Dipetik

Dari pengalaman ini, saya memahami bahwa penilaian di kelas rendah tidak hanya menilai hasil akhir, tetapi juga harus mempertimbangkan proses dan pendekatan yang sesuai dengan kemampuan perkembangan siswa. Penilaian tertulis tidak selalu mencerminkan pemahaman siswa secara utuh, terutama jika keterampilan menulis mereka belum berkembang optimal.

Saya belajar pentingnya menyediakan bentuk penilaian yang bervariasi, seperti penilaian lisan, praktik langsung, dan observasi, untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang kemampuan siswa. Selain itu, rubrik yang jelas dan terstruktur sangat membantu dalam memberikan penilaian yang objektif. Ke depan, saya akan lebih banyak menerapkan penilaian otentik yang menempatkan siswa dalam situasi nyata, serta memperkuat asesmen formatif sebagai bagian dari proses pembelajaran yang berkelanjutan.

E. Contoh Studi Kasus Penilaian Lainnya

Selain contoh di atas, ada beberapa studi kasus lain yang bisa menjadi referensi. Misalnya, sebagai guru IPA kelas 2 SMP, saya mulai menyadari pentingnya memvariasikan instrumen penilaian. Saya mencoba menggabungkan penilaian tertulis dengan penilaian proyek sederhana, seperti membuat model paru-paru dari botol plastik bekas. Selain itu, saya menambahkan penilaian sikap melalui observasi saat siswa bekerja dalam kelompok.

Dengan cara ini, saya tidak hanya menilai pengetahuan, tetapi juga keterampilan (psikomotor) dan sikap ilmiah (afektif) siswa. Saya juga menyesuaikan instrumen dengan kondisi kelas yang heterogen, misalnya ada siswa yang lebih terampil praktik daripada menulis, sehingga mereka tetap bisa menunjukkan kompetensinya.

F. Kesimpulan

Studi kasus penilaian dalam PPG 2025 menunjukkan bahwa penilaian yang bervariasi dan sesuai dengan kondisi siswa sangat penting dalam mengevaluasi kemampuan siswa secara menyeluruh. Dengan merancang penilaian yang inklusif dan berbasis proses, guru dapat memberikan gambaran yang lebih akurat tentang perkembangan siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran.