
Profil dan Latar Belakang Sahara dan Yai Mim
Sahara, yang juga dikenal sebagai Nurul Sahara, adalah seorang pemilik usaha rental mobil yang tinggal di Perumahan Joyogran Kavling Depag III Atas, Kelurahan Merjosari, Kota Malang, Jawa Timur. Ia juga merupakan pemilik SAD Sejahtera Tour & Travel, sebuah perusahaan jasa travel yang berlokasi di Perum Joyo Grand Kav Depag III No.48. Sahara memiliki latar belakang pendidikan yang kuat, tercatat sebagai lulusan S2 Magister Administrasi Publik dari Universitas Brawijaya (UB). Selain itu, ia juga sedang menempuh studi S3 di universitas yang sama.
Selain aktivitas bisnisnya, Sahara pernah menjadi Asisten Peneliti di CV Aksara Bumi Intelekta sejak Maret 2024. Sebelumnya, ia juga pernah bekerja sebagai asisten dosen paruh waktu di Universitas Islam Malang dari tahun 2017 hingga 2020.
Di sisi lain, Imam Muslimin atau lebih dikenal dengan nama Yai Mim adalah mantan dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Ia menjadi sorotan setelah video konfliknya dengan Sahara viral di media sosial. Video tersebut menunjukkan Yai Mim dalam kondisi berguling-guling di tanah saat akan dipukul oleh seorang laki-laki. Perseteruan ini bermula dari sengketa lahan parkir mobil milik Sahara yang dinilai mengganggu aktivitas warga sekitar.
Awal Konflik dan Perkembangan Terbaru
Konflik antara Sahara dan Yai Mim awalnya muncul karena masalah parkir mobil rental milik Sahara di depan rumah Yai Mim. Saat itu, Rosida Vignesvari, istri Yai Mim, merasa terganggu karena mobil rental tersebut sering kali parkir di depan pintu pagar rumah mereka meskipun sudah ada imbauan untuk tidak melakukan hal itu. Akibatnya, perseteruan memuncak hingga terjadi pertemuan antara keduanya dan suami Sahara, Mohammad Shofwan.
Shofwan, yang juga seorang pengusaha rental mobil di Malang, sempat viral karena aksi tegasnya dalam video yang menunjukkan ia mencecar Yai Mim dengan nada tinggi. Sikapnya ini membuat publik mulai memperhatikan kasus ini dan memberikan dukungan kepada Yai Mim.
Puncak ketegangan terjadi pada 7 September 2025, saat warga RT 09/RW 09 menggelar musyawarah di Musala Al-Ikhlas. Hasilnya, Yai Mim dan istrinya diminta untuk meninggalkan rumah mereka. Surat keputusan tersebut ditandatangani oleh 25 warga, termasuk Sahara dan Ketua RT setempat.
Alasan Lain di Balik Perseteruan
Perseteruan antara Sahara dan Yai Mim bukan hanya terkait masalah parkir. Ada alasan lain yang menyebabkan ketegangan antara keduanya. Salah satunya adalah tanah yang digunakan oleh Sahara untuk parkir mobil rental ternyata merupakan tanah milik orang Bali. Tanah itu rencananya akan dijual dan sempat ditawarkan kepada Yai Mim. Namun, Yai Mim masih mempertimbangkan karena tanah itu telah digunakan oleh Sahara untuk parkir.
Selain itu, Yai Mim juga memutuskan untuk membersihkan tanah kosong di depan rumahnya yang ditumbuhi semak belukar. Ia kemudian meminta izin dari pihak desa dan akhirnya membersihkan tanah tersebut. Biaya yang dikeluarkan mencapai Rp12 juta, termasuk biaya pembuatan pagar. Ia kemudian meminta bantuan dana sebesar Rp1 juta dari Sofian, tetapi penolakan dari Sofian membuat perseteruan semakin memanas.
Masalah lain muncul saat istri Yai Mim, Rosida, pergi haji pada 2025. Suatu hari, anak Sahara dan Sofian bermain ke rumah Yai Mim. Sahara kemudian masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu dari dalam. Kejadian ini menimbulkan dugaan pelecehan seksual, yang kemudian menjadi salah satu alasan Yai Mim diusir dari perumahan tempat tinggalnya.
Penutupan Dari Pihak Sahara
Sahara menuding Yai Mim melakukan berbagai pelanggaran yang merugikan dirinya, seperti pelecehan seksual, pencemaran nama baik, perusakan mobil rental, pemblokiran jalan, serta pemfitnahan terhadap usaha rental. Ia juga mengklaim bahwa Yai Mim membawa massa ke garasi mobilnya.
Dalam caption panjang yang ditulisnya, Sahara bersikeras memperjuangkan apa yang ia sebut sebagai bentuk keadilan. Ia menegaskan bahwa selama beberapa waktu ia tidak menggubris perbuatan Yai Mim dikarenakan ia masih memandang Yai Mim sebagai Kyai dan Dosen di UIN Malang. Namun, tindakan provokatif Yai Mim, baik berupa lisan, tulisan, maupun tindakan, selalu bersubstansi pemfitnahan, penuduhan, dan merendahkan dirinya. Hingga akhirnya, ia memberanikan diri untuk "speak up."


Komentar
Tuliskan Komentar Anda!