
Pemerintah Kabupaten Lumajang Berhasil Bawa Kembali 1.378 Anak ke Sekolah
Pemerintah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, telah mencatat peningkatan signifikan dalam upaya mengembalikan anak-anak yang sebelumnya putus sekolah kembali ke bangku pendidikan formal. Data terbaru menunjukkan bahwa sebanyak 1.378 anak telah kembali bersekolah setelah sebelumnya tidak melanjutkan pendidikan mereka.
Sebelumnya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Lumajang mencatat adanya 1.739 anak yang putus sekolah. Rincian data tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 392 anak berhenti bersekolah pada jenjang Sekolah Dasar (SD), sementara sisanya, yaitu 1.347 anak, berhenti pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Dindikbud Lumajang juga memperbarui data tentang anak-anak yang putus sekolah, dengan pembagian dalam dua kategori utama. Pertama, anak-anak yang berhenti sekolah selama masa pembelajaran. Dalam kategori ini, totalnya mencapai 3.561 anak, di mana sebanyak 568 di antaranya berhasil kembali bersekolah.
Kedua, anak-anak yang lulus tetapi tidak melanjutkan pendidikan. Total anak dalam kategori ini mencapai 5.666 orang, dan sebanyak 806 di antaranya kembali melanjutkan pendidikan mereka. Hal ini menunjukkan adanya kemajuan dalam upaya pemerintah untuk memastikan anak-anak tetap berada di jalur pendidikan.
Selain itu, pemerintah juga telah berhasil menyekolahkan 2.077 dari 4.963 anak yang belum pernah bersekolah sama sekali. Ini merupakan langkah penting dalam memastikan akses pendidikan yang lebih luas bagi seluruh masyarakat.
Kepala Bidang Perlindungan Anak dan Rehabilitasi Sosial dari Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Kabupaten Lumajang, Darno, menegaskan bahwa pemerintah melalui Dinsos-P3A terus berupaya mendorong anak-anak yang putus sekolah kembali bersekolah. Ia menilai bahwa inisiatif ini harus didukung oleh berbagai pihak, termasuk guru, masyarakat, dan orang tua.
Darno menekankan bahwa keberhasilan pemerintah dalam menarik anak-anak ke sekolah tidak akan tercapai tanpa dukungan nyata dari semua pihak. Ia menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan keluarga dalam memastikan anak-anak tetap bersekolah dan terhindar dari risiko seperti perkawinan dini.
Ia menjelaskan bahwa upaya pemerintah dalam mendukung pendidikan anak-anak bukanlah tugas yang dapat dilakukan sendirian. "Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Dukungan masyarakat, guru, hingga desa sangat menentukan anak-anak bisa kembali ke bangku sekolah dan terhindar dari perkawinan dini," ujar Darno.
Beberapa strategi yang digunakan pemerintah mencakup sosialisasi pentingnya pendidikan, bimbingan kepada orang tua, serta kerja sama dengan lembaga-lembaga lokal. Dengan pendekatan yang terpadu, diharapkan jumlah anak yang putus sekolah dapat terus berkurang dan akses pendidikan semakin merata di seluruh wilayah Kabupaten Lumajang.


Komentar
Tuliskan Komentar Anda!