Obor Pendidikan Desa: TALKs 2025 SaESA Menyala di Bulukumba

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Ruang Belajar Terbuka di Desa Bontonyeleng

Sawah yang luas terlihat dari kejauhan, sementara di bawah pepohonan bambu, anak-anak berkumpul mengelilingi meja yang penuh dengan buku. Suasana sederhana ini menjadi ruang belajar terbuka ketika Sekolah Anak Desa (SaESA) menyelenggarakan TALKs 2025: Meluaskan Kesadaran di Desa Bontonyeleng, Bulukumba.

Angin berhembus kencang, membuat suara daun bambu saling bertemu. Di bawah suasana itu, puluhan anak duduk memegang buku, terlihat pada hari Ahad, 24 Agustus 2025. Acara ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak harus selalu terbatas dalam ruangan berdinding beton.

Lahirnya SaESA dari Kegelisahan

Sekolah Anak Desa lahir dari kegelisahan akan sistem pendidikan di desa yang seringkali dianggap sebagai pintu yang tertutup rapat. Banyak anak berhenti sekolah, bukan karena tidak ingin belajar, tetapi karena batasan-batasan yang diberikan oleh sistem. SaESA mencoba untuk mengubah cara pandang tersebut.

Mereka membuktikan bahwa pendidikan bisa tumbuh di mana saja, seperti di halaman rumah, di bawah rumpun bambu, atau bahkan dari kertas daur ulang yang sederhana. Dengan demikian, pendidikan tidak lagi menjadi sesuatu yang jauh dan sulit dijangkau.

Forum yang Hidup dari Desa

TALKs 2025 menyelenggarakan berbagai kegiatan sepanjang hari. Mulai dari diskusi publik bersama Stany Melisa, Membaca Hening bersama Rumah Buku SaESA, hingga acara "Di Bawah Suasana Daur Ulang Kertas" oleh Siring Bambu. Ada juga workshop zine dari Gelar Zine Fest serta ngobrol soal seni dengan Muh. Alif Dermawan dari SSB Batugatumbing.

Acara ini ditutup dengan musik, namun suasana lebih mirip perayaan ide daripada hiburan semata. Di tengah acara, seorang anak dari MTS Guppi Bontonyeleng mendekati panitia.

“Acara apa ini, Kak? Bisa baca buku gratis?,” tanya anak itu polos.

Pertanyaan singkat ini justru menggambarkan semangat TALKs: pendidikan yang gratis, terbuka, dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Pendiri SaESA Menjelaskan Tujuan Acara

Musakkir Basri, pendiri SaESA, menjawab tanpa basa-basi. “Kegiatan ini adalah cara kami mengumpulkan orang-orang yang sadar. Pendidikan adalah senjata untuk menyelamatkan anak-anak desa dari jurang kesenjangan. Membaca di sini tidak menunggu izin siapa pun. Siapapun boleh memilih buku, lalu tenggelam dalam hening.”

Bagi Musakkir, TALKs bukan tujuan akhir. SaESA kini memperkenalkan SuarAsaESA, sebuah ruang untuk bersua, bersuara, dan merasakan bersama mereka yang pernah dipaksa berhenti sekolah. Di ruang ini, cerita-cerita tentang perjuangan anak desa dikumpulkan, lalu dijadikan bahan bakar untuk meluaskan kesadaran.

“Kami ingin SuarAsaESA menjadi pintu. Pintu menuju kesadaran bahwa pendidikan adalah hak semua anak desa. Kami percaya mimpi itu bukan utopia. Mimpi itu bisa diwujudkan,” tegas Musakkir.

Pendidikan Alternatif Hadir Nyata

TALKs 2025 menunjukkan bahwa pendidikan alternatif bukan hanya wacana. Di Bulukumba, ia hadir nyata, menyalakan obor yang berawal dari bambu dan tanah desa.

Agustus biasanya diwarnai perayaan kemerdekaan. Namun, tahun ini di Bontonyeleng, kemerdekaan itu diterjemahkan dalam bentuk lain: kebebasan untuk membaca, berbicara, dan belajar tanpa syarat.

Gerakan ini masih muda, tapi daya tahannya lahir dari kebutuhan nyata. Anak-anak desa menunggu ruang seperti ini, ruang yang tidak membatasi mereka dengan biaya, nilai, atau jarak.

Pertanyaan besar kini tersisa: apakah masyarakat luas mau ikut menjaga cahaya yang sudah dinyalakan di Bulukumba.