
Desakan untuk Mengusut Keracunan MBG dan Evaluasi Program
Aktivis pendidikan, guru, serta orang tua siswa di Jawa Barat menggelar aksi menuntut pihak berwajib mengusut dugaan keracunan yang disebabkan oleh Makan Bergizi Gratis (MBG). Aksi ini dilakukan di depan Gedung DPRD Jabar pada Senin (29/9/2025), dengan pernyataan sikap yang mencakup lima poin utama. Ketua Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI), Iwan Hermawan, menjadi salah satu tokoh yang menyampaikan tuntutan tersebut.
Menurut data yang dikumpulkan Iwan, jumlah siswa yang diduga terkena keracunan akibat MBG telah mencapai ribuan. Dalam wilayah Jawa Barat, kasus keracunan terjadi di 10 kota/kabupaten dengan total 20 kasus. Pernyataan ini menunjukkan bahwa masalah ini tidak bisa diabaikan begitu saja.
Kekhawatiran Terhadap Kesehatan Siswa
Iwan menilai bahwa keracunan MBG merupakan bentuk kelalaian yang harus diusut secara transparan. Ia menegaskan bahwa hal ini bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga merugikan hak asasi manusia para siswa. “Ini bagian dari kelalaian, pelanggaran pidana, Undang-Undang Perlindungan Anak, dan hak asasi manusia,” ujarnya.
Selain itu, Iwan juga mengkhawatirkan dampak jangka panjang dari keracunan tersebut. Menurutnya, kondisi ini bisa memengaruhi kesehatan fisik maupun mental para siswa. “Bisa saja keracunan itu akan menyebabkan dampak penyakit serangan otak terhadap siswa. Penyakit tetap di masa depan, ini anak bangsa,” katanya.
Protes terhadap Prosedur MBG
Salah satu isu yang muncul adalah adanya instruksi kepada guru untuk mencicipi menu MBG sebelum dibagikan kepada siswa. Iwan menilai bahwa hal ini tidak sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Seharusnya, pengujian makanan dilakukan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Iwan menyebutkan bahwa ada seorang guru di Desa Sarampad, Kabupaten Cianjur yang mengalami keracunan setelah diinstruksikan untuk mencicipi makanan. “Kami bukan test food dan akibatnya seorang guru di Desa Sarampad, Kabupaten Cianjur itu keracunan mual-mual, muntah-muntah setelah diinstruksikan oleh oknum SPPG untuk makan terlebih dahulu,” tambahnya.
Rekomendasi untuk Perbaikan Program MBG
Sejumlah aktivis pendidikan, termasuk Forum Orang Tua Siswa (Fortusis) Jabar, FAGI Jabar, dan P3I Jawa Barat, menyerukan evaluasi terhadap program MBG. Berikut lima poin utama dalam pernyataan sikap mereka:
- Mendesak aparat penegak hukum untuk mengusut penyebab keracunan MBG di Jawa Barat.
- Memohon Gubernur Jawa Barat untuk menghentikan sementara program MBG dan mengalihkan dana MBG kepada orang tua siswa dengan pengawasan dari pihak sekolah.
- Protes keras terhadap pejabat yang mengintruksikan guru untuk mencicipi MBG sebelum diberikan kepada siswa, yang menyebabkan keracunan pada seorang guru SD di Kabupaten Cianjur.
- Merekomendasikan MBG hanya diberikan kepada siswa dari kalangan tidak mampu, karena siswa dari keluarga mampu sudah cukup menerima gizi dari keluarga mereka.
- Merekomendasikan ke depan MBG dikelola oleh kantin sekolah atau warung nasi sekitar sekolah, sehingga dapat membantu usaha masyarakat kecil.
Pengusulan Alternatif Program
Iwan juga mengusulkan agar program MBG diubah menjadi bantuan tunai kepada orang tua siswa. Ia menyarankan nominal Rp15.000 yang cukup untuk masyarakat tidak mampu dalam mempersiapkan makanan anak-anak mereka. Namun, penggunaan uang tersebut harus diawasi oleh guru.
“Jadi nominal Rp15.000 cukup untuk masyarakat tidak mampu untuk mempersiapkan makan anaknya. Namun tentunya harus dikontrol oleh guru jenis makanan yang dibawa,” ujarnya.
Iwan menekankan bahwa program MBG saat ini tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan, tetapi juga menambah beban kerja tenaga pendidik. Ia menilai bahwa kebijakan ini perlu dievaluasi agar lebih efektif dan aman bagi seluruh pihak.


Komentar
Tuliskan Komentar Anda!